Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengungkap bahwa penanganan Mpox membutuhkan biaya US$ 87,4 juta atau sekitar Rp1,3 triliun.
Angka ini untuk digunakan dalam enam bulan penanganan mulai September 2024 hingga Februari 2025. Termasuk untuk bekerja sama dengan negara, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya guna menghentikan dan membendung wabah Mpox yang kian meningkat.
Dalam keterangan resmi pada Selasa, 27 Agustus 2024, WHO menerangkan, dana ini akan digunakan oleh WHO untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penting yang diuraikan dalam rencana kesiapsiagaan dan respons strategis global. Atau the global strategic preparedness and response plan (SPRP) yang dirilis pada 26 Agustus2024.
SPRP adalah kerangka kerja komprehensif yang dikembangkan oleh WHO untuk memandu respons global terhadap penyakit yang juga disebut cacar monyet, dengan menekankan pada pengawasan, penelitian, akses yang adil terhadap tindakan penanggulangan medis, dan pemberdayaan masyarakat.
Dana yang diperlukan akan digunakan di seluruh kantor pusat WHO, kantor regional dan negara, untuk memungkinkan koordinasi respons, memberikan bantuan teknis, menjalankan operasi dan mengirimkan pasokan medis.
“WHO menyerukan kepada para donor untuk segera mendanai seluruh upaya penanggulangan Mpox untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi mereka yang paling berisiko,” mengutip keterangan resmi, Rabu (28/8/2024).
Gegara Clade 1b
Seperti diketahui, WHO telah menetapkan status Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) untuk Mpox pada 14 Agustus 2024.
Status ini ditetapkan setelah terjadinya peningkatan kasus di Afrika khususnya di Kongo. Peningkatan disebabkan oleh clade 1b yang diniliai lebih ganas ketimbang clade lainnya.
Kasus Mpox jenis baru yang lebih mematikan itu juga sudah masuk Thailand. Ini menjadi penanda kasus pertama masuknya clade 1b di Asia.
Kabar ini dikonfirmasi otoritas Thailand pada Kamis, 22 Agustus 2024. Clade atau jenis Mpox ini menyerang seorang pasien asing yang telah melakukan perjalanan di Afrika.
Pasien yang berasal dari Eropa itu mendarat di Bangkok pada 14 Agustus dan dilarikan ke rumah sakit dengan gejala Mpox.
Respons Departemen Pengendalian Penyakit Thailand
Departemen Pengendalian Penyakit Thailand mengatakan, tes laboratorium mengonfirmasi bahwa pria berusia 66 tahun itu terinfeksi Mpox clade 1b.
“Departemen Pengendalian Penyakit Thailand ingin mengkonfirmasi hasil tes laboratorium yang menunjukkan Mpox Clade 1b pada pasien Eropa,” kata departemen tersebut dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan diberitahu mengenai perkembangan tersebut, mengutip Channel News Asia, Jumat (23/8/2024).
“Kami telah melakukan pemantauan terhadap 43 orang yang melakukan kontak erat dengan pasien tersebut dan hingga saat ini tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, pemantauan harus terus dilakukan selama total 21 hari.”
Siapa pun yang bepergian ke Thailand dari 42 negara berisiko harus mendaftar dan menjalani tes pada saat kedatangan, kata departemen itu.
Mpox di Indonesia
Di Indonesia, hingga 17 Agustus 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengatakan ada 88 kasus terkonfirmasi Mpox.
Selama 2022 hingga 2024, jika dilihat tren mingguannya, periode dengan kasus Mpox terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Dari 88 kasus terkonfirmasi, pasien yang sudah sembuh sebanyak 87 kasus. Secara rinci, kasus tersebar di:
- DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi;
- Jawa Barat 13 kasus konfirmasi;
- Banten 9 konfirmasi;
- Jawa Timur 3 konfirmasi;
- Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi; dan
- Kepulauan Riau 1 konfirmasi kasus Mpox.
Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, sejauh ini, Kemenkes RI sudah melakukan mitigasi.
“Kita sudah melakukan mitigasi untuk Mpox ini, sebenarnya Mpox ini bukan masalah yang baru. Beberapa tahun lalu sejak 2022 sudah teridentifikasi,” kata Dante di Jakarta, Selasa (20/8/2024).
“Kita terus akan melakukan mitigasi Mpox ini, kita lakukan langkah-langkah strategis untuk surveilans, penjagaan supaya Mpox ini tidak menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia,” tambahnya.